aom-iaom.org – Banjir bandang yakni salah satu jenis banjir yang terjadi di area permukaan rendah dan terjalin sebab curah hujan yang lalu menembus. Banjir bandang tipe ini ditandai dengan kedatangan yang seketika, umumnya cepat, tidak hanya itu sebab air di area itu telah terletak pada titik jenuhnya, hingga banjir bandang pula sempat terjadi. Dengan cara ini, banjir segera datang, dan air tidak lagi terserap oleh lapisan tanah. Akibatnya, sisa air akan menggenang di bagian bawah.
Banjir bandang tergolong banjir besar dan menimbulkan banyak kerugian. Sebab, banjir akan menyeret semuanya karena arusnya sangat kuat.Musim hujan sudah tiba. Hujan deras terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan mulai Desember 2017 hingga Maret 2018, hujan deras akan melanda Indonesia.Di masa lalu, banjir bandang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia akibat hujan deras yang terus menerus, penggundulan hutan dan penumpukan sampah di sungai. Kami telah Merangkum lima wilayah bencana banjir bandang terparah di Indonesia.
1. Banjir bandang Wasior, Papua Barat (2010)
KOMPAS.com-Tepatnya 4 Oktober 2010, warga Kabupaten Teluk Wondama Wasior di Papua Barat mungkin tidak akan pernah melupakannya. Pada tanggal 4 Oktober 2010, sekitar pukul 08.30, ketika warga akan memulai aktivitas, mereka mendengar suara gemuruh dan suara banjir dari Sungai Salai di Batangas. Ibarat tsunami, banjir bandang menghancurkan rumah-rumah di kawasan itu dan menewaskan 150 orang. Pada saat yang sama, 150 orang lainnya dinyatakan hilang. Pada 6 Oktober 2010, Harian Kompas memberitakan bahwa sejak 3 Oktober 2010 (Minggu) hingga Senin pagi, hujan terus mengguyur Desa Wasior. Situasi ini menyebabkan banjir sungai yang mengalir melalui Pegunungan Wandivoi. Akibat banjir, sebagian besar rumah berbahan kayu milik warga semi permanen hanyut dan roboh.
Hal ini mengakibatkan banyak korban jiwa. Asisten Menteri Kabupaten Telok Wandamar I mengatakan, warga yang sudah meninggalkan rumahnya buru-buru menyelamatkan diri dari perbukitan. Pada saat yang sama, sebagian besar penghuni yang masih tinggal di rumah tidak dapat menyelamatkan diri. Menurut laporan Harian Kompas, pada 7 Oktober 2010 ribuan rumah rusak dan 8.000 warga mengungsi ke Manokwari menggunakan perahu. Sementara itu, 7.000 orang masih menunggu kabar tentang keluarga yang hilang tersebut.
Baca Juga : Tujuh Cara Eksekusi Sadis Metode Kim Jong Un
Tidak ada lagi cahaya lampu di Wasior malam itu. Peralatan listrik rusak parah, listrik dan jaringan komunikasi terputus. Stasiun evakuasi hanya mengandalkan lampu minyak tanah sementara. Jalan tersebut dipenuhi dengan batuan tinggi dan lumpur dewasa, sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Tidak ada jalur darat dari Manokwari ke Kabupaten Teluk Wondama.Bandara yang banjir juga memutus rute menuju Vasil. Satu-satunya cara untuk mencapai daerah tersebut adalah melalui jalur laut, Anda harus menggunakan armada patroli angkatan laut atau perahu kayu, dan Anda harus menempuh perjalanan selama 10 jam dari Manokwari. Apa yang menyebabkan banjir? Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu menyatakan bahwa banjir di Vasil disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
Menurut dia, bencana banjir bukan akibat illegal logging seperti yang diduga sebelumnya. M Islah, aktivis air dan pangan untuk bangsa Wahi, mengutip Harian Kompas 8 Oktober 2010, mengatakan penebangan di Papua Barat dimulai pada awal 1990-an. Meskipun aktivitas penebangan berhenti setelah Wasior melakukan pelanggaran berat pada tahun 2001, aktivitas penebangan terus berlanjut.Sementara itu, Chalid Muhammad, Ketua Institut Riset Hijau Indonesia (IHI), mengatakan perusakan semacam ini legal. Hal ini dikarenakan telah diterbitkannya Izin Pemanfaatan Kayu (IPK).Berdasarkan kajian IHI dan Yappika pada awal 2010, deforestasi di Papua Barat mencapai 1 juta hektare sejak 2005 hingga 2009, atau sekitar 250.000 hektare per tahun. Selain itu, 6,6 juta hektar hutan primer dan sekunder di Papua Barat dikelilingi oleh Hak Pengusahaan Hutan (HPH), pertambangan dan perkebunan. Seperti dilansir Harian Kompas pada 14 Oktober 2019, Fadjri Alihar, peneliti ekologi manusia di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, mengatakan pemerintah sepertinya tidak mau disalahkan atas kejadian tersebut.
2. Banjir bandang Tangse, Aceh (2011)
Banjir bandang melanda banyak desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh. Akhirnya, ratusan rumah di 5 desa hancur serta delapan orang masih hilang.Sekitar pukul 20 Kamis malam, banjir membawa lumpur dan serpihan kayu dari hutan dan menghantam rumah warga. Saat dihubungi Kementerian Kehakiman (Jumat) (11/3/2011), Wakil Direktur Utama Bupati Pedi Nazir Adam mengatakan, banjir disebabkan oleh curah hujan sejak 4 hari.Hujan turun selama empat hari berturut-turut. Nazir berkata:” Air mendadak berbaur lumpur jatuh dari gunung mulanya malam serta langsung menyerang bermacam desa.”
Ia menambahkan, ratusan warga histeris ketika kayu yang membawa air langsung merusak rumah. Selain merusak ratusan rumah, banjir juga merusak beberapa jembatan yang menghubungkan beberapa desa. Jalan raya nasional yang menghubungkan Pidie dan Aceh Barat juga terputus karena tertutup lumpur. Listrik di Distrik Tangus terputus sama sekali, termasuk sambungan komunikasi.Lima desa yang terkena dampak banjir paling parah adalah Layan, Peunalon Sa, Blang Dalam, Blang Me dan Pujok Sa. Prasarana lima desa hancur total.
Terbakarnya hutan ilegal di kawasan hutan Tangse juga menjadi penyebab banjir bandang. Akibat bencana banjir bandang tersebut, sebanyak 102 rumah hancur, rusak berat dan rusak ringan.Nadir melanjutkan, Pemkab Pedi mengerahkan alat berat untuk memperbaiki jalan yang terputus akibat kotoran dan serpihan kayu. Saya berharap jalan ini bisa dilalui secepatnya sehingga bantuan bisa disalurkan dengan mudah. Pemerintah kabupaten menyiapkan makanan dan kebutuhan darurat bagi warga.
3. Banjir bandang di Manado (2014)
Banjir bandang dan longsor yang terjadi di Sulawesi Utara (Sulut) pada Rabu (14/1/14) menyisakan kesedihan yang mendalam. Kejadian ini menyebabkan 18 orang meninggal dunia, sekitar 4.000 orang mengungsi, dan sekitar 1.000 rumah rusak, belum termasuk infrastruktur lainnya.Banjir bandang dan tanah longsor telah melanda banyak daerah dan kota termasuk Manado, Tomohon, Minahasa dan Minahasa Utara. Cres, Kepala Bidang Penanggulangan Darulaal Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengatakan korban tersebar di banyak daerah. Di Manado ada enam, lima di Tomohon, enam orang di Shui, dan satu di Beishui ah. Pada Jumat (17/1/14), dia mengatakan di Manado ada dua korban yang belum ditemukan. Masih dalam pencarian.
Baca Juga : 6 Penjara Bawah Tanah di Indonesia paling Seram di Indonesia
Ia mengatakan, bencana itu akibat hujan deras yang melanda Manado sejak 13 Januari 2014. Banjir sungai Sarrio, Tongdano dan Sawangan juga berdampak pada banjir di banyak daerah. “Air sudah mulai surut, dan cuaca sudah membaik. Namun, empat hingga lima hari ke depan masyarakat harus tetap waspada.”Berdasarkan pantauan di lapangan, bencana tersebut melumpuhkan aktivitas Manado selama beberapa hari. Banjir tidak hanya menggenangi rumah warga, tetapi juga menggenangi sekolah di kantor Walikota Manado. Bahkan, banjir sembilan ruas jalan tersebut menyebabkan banyak pusat perbelanjaan yang memberhentikan karyawannya.
Tak hanya itu, longsor juga terjadi di Desa Tinor yang memutus jalur dari Manado ke Taohonghong. Akibatnya, kemacetan parah terjadi di banyak tempat di Manado. Pengguna jalan harus mencari rute alternatif untuk mencapai kedua kota tersebut.Di wilayah pesisir, banyak juga nelayan yang terkena imbas cuaca buruk. Misalnya di kawasan Malalayang, rumah tiga nelayan rusak parah akibat gelombang, dan sekitar 150 orang di kawasan itu mengungsi ke tempat yang lebih aman.Data BNPB menunjukkan meski 18 orang tewas, 2 orang masih hilang, 101 rumah hanyut, dan ribuan warga mengungsi. Ia mengatakan dalam rapat koordinasi yang diketuai oleh Wakil Gubernur Sulu, penanganan pengungsi harus diutamakan, koordinasi antar berbagai instansi, aktivasi dan struktur pos. Kepala Pelaksana BPBD Sulut diangkat sebagai Komandan Darurat dan Wakil Direktur Dinas Sosial Sulut.
BNPB, Departemen Sosial serta Departemen Kesehatan membagikan bantuan logistik serta perlengkapan sebesar 57, 2 ton. Pagi hari Jumat (17/1/14), kargo tersebut menggunakan pesawat Hercules C-130 TNI AU. Bantuan yang diberikan berupa tenda keluarga 6,9 ton, MPASI 3,2 ton, dan obat-obatan 150 kg.Pada hari Sabtu (1.500 bungkus kesehatan rumah, 5.000 lauk pauk, 1.500 pakaian dan barang lainnya).Dalam rangka meringankan letusan gunung berapi Sinabang di Sumatera Utara (Sumut) dan banjir bandang di Sumut Warri, serta melalui kerjasama pelajar hijau di selatan Indonesia, beban korban jiwa melalui Desk Informasi Bencana Volshe di Sumatera Selatan ( Sumatera Selatan) dikurangi, Sebuah stasiun penggalangan dana publik dibuka di kantor Walhi Sumatera Selatan di Jalan Sumatera 1 No 5 Keluarahan 26 Ilir Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang”.
4. Banjir bandang di Sumatera Barat (2016)
Curah hujan yang tinggi di Sumatera Barat menyebabkan banjir dan tanah longsor di sepuluh wilayah dan kota. Yang paling parah terjadi di Kabupaten Lima Pruia Gota dan Kabupaten Solok Selatan. Zulfiatno, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, mengatakan pada Senin malam, 8 Februari 2016: “Ada sepuluh daerah dan kota yang terdampak banjir dan longsor.” Ke-10 kecamatan tersebut adalah lima puluh kecamatan Kota, Solok Selatan, Sijunzhong, Solok, Tanah Data (Tanah Datar), Pasaman dan Dharmasaraya (Dharmasaraya). Setelah itu, banjir serta longsor pula menyerang kota Sawahlunto, Payakumbuh serta Solok.
Menurut Zulfiatno, wilayah yang paling parah dilanda banjir terjadi di Kabupaten Solok Selatan dan Limapuluh Kota. Di kawasan ini, terjadi longsor di Jorong Taratak Tinggi Kecamatan Bodo Kabupaten Solok Selatan dan tertimbun enam orang. Lima dari mereka ditemukan tewas. Hanya ada satu korban lagi selama penggeledahan. Dia berkata: “Proses pencarian akan dilanjutkan Selasa ini.”Banjir juga merendam tiga kecamatan di Solok Selatan, yaitu kawasan Pau, Sungai Paku dan Sangil. Menurut laporan yang diterima BPBD, banjir membanjiri ribuan rumah di tiga kabupaten.
Zulfianto berkata, hujan pula memutuskan jalur nasional yang mengaitkan Solok Selatan dan Kailinchi di Jambi. Pasalnya, jalan sepanjang 35,5 meter ini amblas akibat longsor atau ambruk akibat gempa. Di Kabupaten Limapuluh Kota, air di Sungai Maek dan Sungai Batang Sinamat meluap akibat hujan deras yang menyebabkan banjir, dan ribuan rumah terendam. Naik. Bagi Zulfianto, jalur penting Sumatera Barat juga terputus akibat banjir sepanjang 172 kilometer dan 176-179 kilometer di Jorong Sopan.
Pejabat Kabupaten Limapuluh Kota Yendri Thomas mengatakan ribuan rumah terendam banjir dan warga dievakuasi. Saat ini, pihaknya fokus pada evakuasi korban. Ia mengatakan: “Kami tidak mempertimbangkan penentuan situasi dan kondisi bencana.” Yendri mengatakan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah pendirian posko pengendali banjir dan dapur umum. Pasalnya, banyak warga yang kekurangan dukungan logistik.
Kepala Badan Darurat dan Logistik BPBD Sumbar, R. Pagar Negara, mengatakan banjir dan tanah longsor juga melanda Kabupaten Dharmasraya. Akibat hujan deras, Sungai Batanghari meluap hingga membanjiri ratusan rumah di tiga lokasi.Selain itu, lanjut Pagar, banjir menyerang Kota Salvarento, Kabupaten Paragon, Kabupaten Passaman, Kota Solk dan Kabupaten Sok Locke. Pada saat bersamaan, Kabupaten Tanah Datar dilanda bencana longsor. Namun, alat berat telah digunakan untuk mengatasi longsor di Jalan Tol Tanjung Alam.
5. Banjir bandang Sumbawa (2017)
Sejak 6 Februari 2017, hujan deras dan banjir yang terus menerus menyebabkan banjir bandang di Kabupaten Sumbawa. Beberapa kecamatan menjadi daerah banjir yang bersumber dari beberapa sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Sumbawa.Menurut catatan, per 11 Februari 2017, sekitar 9 ruas jalan terdampak banjir bandang. Sembilan subkawasan tersebut antara lain Sumbawa, Labuhan Badas, Unter Iwes, Empang, Tarano, Moyo Hilir, Moyo Utara, Lape, dan Lopok yang terkena banjir bandang.Selain itu, sekitar 4.194 hektar lahan pertanian rusak, dan beberapa infrastruktur daerah lainnya seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya mengalami hal yang sama.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa, data tersebut diperbarui pada pukul 23.30 WIB pada 11 Februari 2017. Di 9 kabupaten Sumbawa, sebanyak 10.459 KK atau sekitar 46.227 jiwa terdampak bencana. Banjir bandang Wabah melanda Kabupaten.Tentunya, mengingat hujan terus mengguyur sebagian besar Kabupaten Sumbawa, datanya akan terus bertambah.Hal ini merupakan hasil pantauan BMKG Sultan Mehmet Kaharuddin Sumbawa Besar yang selalu mengupdate datanya ke pemerintah daerah.Drs, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumbawa. Zainal Abidin menjelaskan, sejak banjir pertama pada 6 Februari lalu, BPBD telah melakukan kerja sama penanggulangan bencana dengan pihak terkait dan pendataan di lapangan.
Wakil Bupati Sumbawa beberapa kali. H. Mahmud Abdullah menginstruksikan kepada BPBD dan jajaran SKPD terkait untuk bekerja sama dengan tim relawan untuk selalu mengedepankan tindakan pengamanan masyarakat untuk melakukan tindakan mitigasi. Menjadi bagian dari manajemen bencana dan situasi darurat.Pemerintah Kabupaten Sumbawa mendirikan Posko Penanggulangan Banjir Sumbawa di Wisma Daerah di Kabupaten Sumbawa. Sejauh ini, tercatat berbagai pihak telah menyalurkan bantuan ke Bosco dari pemerintah daerah tetangga seperti Bima, Dompu, KSB, dan Lombok.BPBD Provinsi NTB dan Kementerian Kesehatan sudah berada di Kabupaten Sumbawa yang bertanggung jawab membantu Pemerintah Daerah Sumbawa dalam menangani bencana banjir dan dampak bencana banjir.